Selasa, 30 November 2010

REBANA KETIMPRING



Rebana Ketimpring jenis rebana yang paling kecil. Garis tengahnya hanya berukuran 20 sampai 25 cm. Dalam satu grup ada tiga buah rebana. Ketiga rebana itu mempunyai sebutan, yaitu rebana tiga, rebana empat, dan rebana lima. Rebana lima berfungsi sebagai komando. Sebagai komando, rebana lima diapit oleh rebana tiga dan rebana empat. Rebana Ketimpring ada dua macam. Pertama Rebana Ngarak. Kedua Rebana Maulid.
Sesuai dengan namanya, Rebana Ngarak berfungsi mengarak dalam suatu arak-arakan. Rebana Ngarak biasanya mengarak mempelai pengantin pria menuju ke rumah mempelai pengantin wanita. Syair lagu Rebana Ngarak biasanya shalawat. Syair shalawat itu diambil dari kitab maulid Syarafal Anam, Addibai, atau Diiwan Hadroh. Karena berfungsi mengarak itulah, Rebana Ngarak tidak statis di satu tempat saja.
Rebana Ngarak saat ini berkembang dengan baik. Banyak remaja dan pemuda mempelajarinya. Dalam grup Rebana Ngarak dipelajari pula berbalas pantun dan silat. Dalam upacara ngarak penganten biasanya ada dialog berbalas pantun dan atraksi silat. Grup Rebana Ngarak terdapat di berbagai kampung. Misalnya di kampung Paseban, Kwitang, Karang Anyar, Kali Pasir, Kemayoran, Kayu Manis, Lobang Buaya, Condet, Ciganjur, Grogol, Kebayoran Lama, Pejaten, Pasar Minggu, Kalibata, dan lain-lain.
Rebana Maulid sesuai dengan namanya berfungsi sebagai pengiring pembacaan riwayat nabi Muhammad. Kitab maulid yang biasa dibaca Syarafal Anam karya Syeh Albarzanji dan kitab Addibai karya Abdurrahman Addibai. Tidak seluruh bacaan diiringi rebana. Hanya bagian tertentu seperti : Assalamualaika, Bisyahri, Tanaqqaltu, Wulidalhabibu, Shalla ‘Alaika, Badat Lana, dan Asyrakal. Bagian Asyrakal lebih semangat karena semua hadirin berdiri.
Pembacaan maulid nabi dalam masyarakat Betawi sudah menjadi tradisi. Pembacaan maulid tidak terbatas pada bulan mulud (Rabiul Awwal) saja. Setiap acara selalu ada pembacaan maulid. Apakah khiatanan, nujuhbulanin, akekah, pernikahan, dan sebagainya.
Pukulan Rebana Maulid berbeda dengan pukulan Rebana Ngarak. Nama-nama pukulan Rebana Maulid disebut : pukulan jati, pincang sat, pincang olir, dan pincang harkat.
Dahulu ada seniman Rebana Maulid yang gaya pukulannya khas. Seniman ini bernama Sa’dan, tinggal di Kebon Manggis, Matraman. Sa’dan memperoleh inspirasi pukulan rebana dari gemuruh air hujan. Gayanya disebut Gaya Sa’dan.
Minat generasi muda belajar Rebana Maulid sangat kurang. Kini pembacaan maulid Nabi Muhammad sudah jarang diiringi rebana.

Jumat, 02 April 2010

Sanggar SIRIH DARE (Betawi Style & Consultant)


The Joy with The Cultural Heritage


Badan Hukum :


- Notaris Yuliana Petronela, S.H No. 12 Tahun 2007

Disahkan oleh :

Dephukham No. C-3692HT.01.02.TH2007

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

- Dinas Bintal dan Kesos Provinsi DKI Jakarta

- Lembaga Kebudayaan Betawi

Sekretariat :

1. Jl. Mampang Prapatan XI/19 Gang. CITRA Rt.06/04 Jakarta Selatan.

Telp. 021-7987134

Fax : 021-79188015

www.kampungbetawi.com

Email : sirih_dare@yahoo.co.id


Visi

Melestarikan, mengembangkan, mensosialisasikan dan mewujudkan seni dan budaya betawi yang mengangkat martabat, menjalin tali persaudaraan, kepedulian, kekompakan dan kemandirian.


Melayani Konsultasi Budaya Betawi meliputi :


a. Acara Nuju Bulanin

b. Akekah (Ngeke')

c. Sunatan (Penganten Sunat)

d. Hatam Qur'an (Namatin)

e. Melamar

f. Pernikahan

(Ngarak Nanten Betawi) Buke Palang Pintu

g. Tangas dan Mandi Nanten

h. Maulid Nabi Muhammad SAW


Melayani Pertunjukan Musik Betawi :


a. Musik Gambang Kromong

b. Musik Samrah

c. Musik Tanjidor

d. Musik Gambus

e. Musik Kroncong

f. Rebana Biang

g. Rebana Ketimpring

h. Rebana Kasidah

i. Rebana Hadroh

j. Musik Marawis


Melayani Pertunjukan

Tari Betawi dan Nasional :


Melayani Dekorasi Betawi Meliputi :


a. Pelaminan berbentuk Rumah Betawi

b. Kembang Kelape

c. Ondel-ondel

d. Delman Hias Pajang

e. Delman Berkuda

f. Kedai (gubug warung)

g. Aneka Pernik Betawi

h. Kembang Segar


Melayani Pesanan Makanan dan Minuman :

Kerak Telor dan Bir Pletok

Jumat, 28 Agustus 2009

Ondel-Ondel

Ondel-ondel merupakan hasil dari kebudayaan Betawi yang berupa boneka besar yang tingginya mencapai sekitar ± 2,5 m dengan garis tengah ± 80 cm, boneka ini dibuat dari anyaman bambu yang dibuat agar dapat dipikul dari dalam oleh orang yang membawanya. Boneka tersebut dipakai dan dimainkan oleh orang yang membawanya. Pada wajahnya berupa topeng atau kedok yang dipakaikan ke anyaman bamboo tersebut, dengan kepala yang diberi rambut dibuat dari ijuk. Wajah ondel-ondel laki-laki biasanya di cat dengan warna merah, sedangkan yang perempuan dicat dengan warna putih.
Jenis pertunjukan ini diduga sudah ada sebelum tersebarnya agama Islam di pulau Jawa dan juga terdapat di berbagai daerah dengan pertunjukkan yang sejenis. Di Pasundan dikenal dengan sebutan Badawang, di Jawa Tengah disebut Barongan Buncis, sedangkan di Bali dikenal dengan nama Barong Landung.
Awal mulanya pertunjukan ondel-ondel ini berfungsi sebagai penolak bala dari gangguan roh halus yang mengganggu. Namun semakin lama tradisi tersebut berubah menjadi hal yang sangat bagus untuk dipertontonkan, dan kebanyakan acara tersebut kini di adakan pada acara penyambutan tamu terhormat, dan untuk menyemarakkan pesta-pesta rakyat serta peresmian gedung yang baru selesai dibangun.
Disamping untuk memeriahkan arak-arakan pada masa yang lalu biasa pula mengadakan pertunjukan keliling, “Ngamen”. Terutama pada perayaan-perayaan Tahun Baru, baik masehi maupun Imlek. Sasaran pada perayaan Tahun Baru Masehi daerah Menteng, yang banyak dihuni orang-orang Kristen.Pendukung utama kesenian ondel-ondel petani yang termasuk “abangan”, khususnya yang terdapat di daerah pinggiran kota Jakarta dan sekitarnya.
Musik yang mengiringi ondel-ondel tidak tertentu, tergantug dari asing-masing rombongan. Ada yang diiringi tanjidor, dan ada yang diiringi dengan pencak Betawi. Adapula yang diiringi Bende, “Kemes”, Ningnong dan Rebana ketimpring. Ondel-ondel betawi tersebut pada dasarnya masih tetap bertahan dan menjadi penghias di wajah kota metropolitan Jakarta.

Rabu, 03 Juni 2009

Buka Palang Pintu



Buka palang pintu adalah salah satu adat budaya betawi dalam prosesi pernikahan betawi atau dalam penyambutan tamu-tamu penting. Dalam buka palang pintu ini pesilat dari mempelai pria harus bisa menjatuhkan pesilat dari pihak mempelai wanita. Biasanya dalam buka palang pintu terdapat pula berbalas pantun.